Sabtu, 27 Oktober 2012

Cara mencegah Spam dan Malware Pada Email Bisnis

844fceb40009187f59887959fc023e21Image Source: Mxsweep
Lalu lintas pertukaran data melalui email bisnis yang kini marak dilakukan di berbagai perangkat, seperti PC, tablet, dan smartphone ternyata telah memancing hadirnya ‘tamu’ tak diundang berupa spam dan malware.
Menurut hasil temuan TrendMicro, tercatat 60% dari lalu lintas email harian berasal dari bidang bisnis dan tahun 2012 ini lalu-lintas email bisnis per hari mencapai 89 miliar. TrendMicro juga mendeteksi para pebisnis menerima rata-rata 100 email per hari dan 16% email yang diterimanya tersebut adalah berupa spam.
TrendMicro yang memperkirakan bahwa jumlah lalu lintas email bisnis akan mencapai 143 miliar per hari pada akhir 2016, juga menyebutkan bahwa 73% karyawan perusahaan menyatakan bahwa mereka menggunakan email perusahaan untuk mengirim dokumen yang sangat rahasia, seperti informasi pelanggan, produk, desain, strategi perusahaan, kutipan penjualan, dan sebagainya.
Seiring dengan tingginya lalu-lintas pertukaran data melalui email perusahaan, TrendMicro Incorporated pun mensinyalir ancaman keamanan di Asia Pasifik beraa dalam kategori ancaman lama tetapi sedang menjelma dan merubah metode serangan mereka. Termasuk kini saat penjahat cyber masuk ke dalam email perusahaan untuk mencuri data penting.
"Alasan kenapa para penjahat fokus untuk melakukan serangan mereka dengan mencuri data pribadi perusahaan sangatlah sederhana.  Hal ini merupakan  kejadian yang terjadi pada pemilik-pemilik usaha kecil  yang bekerja dengan menggunakan berbagai perangkat mobile sehingga memungkinkan mereka menjadi rentan terhadap terjadinya serangan," kata Aulia Huriadi, Business Manager, Trend Micro, Indonesia.
"Serangan dan ancaman paling besar ada di email, kemudian USB dan web palsu, terutama yang menawarkan rekruitmen pekerjaan. Serangan ini memanfaatkan kerentanan untuk kemudian masuk ke jaringan yang lain," lanjutnya.
Trend global lain yang saat ini sedang berkembang adalah adanya peningkatan penggunaan peralatan-peralatan penyerangan yang canggih seperti Automatic Transfer System (ATS), yang memungkinkan penjahat untuk mencuri informasi perbankan saat mereka sedang online. Sementara kejadian-kejadian ATS telah terdeteksi di Eropa, adanya peningkatan jumlah pengguna perbankan online di Asia Pasifik berarti bahwa ATS bisa saja sudah mulai ada.
Dengan adanya pemetaan ancaman keamanan yang dinamis ini, Trend Micro menyarankan agar para pelanggannya menggunakan threat intelligence terhadap serangan-serangan yang terjadi. Adapun komponen-komponen dari strategi pencegahan ini adalah:
•    Tingkatkan visibilitas jaringan, insight dan pengendalian melalui penggunaan solusi-solusi keamanan yang ada.
•    Pilih sebuah solusi keamanan yang menggunakan integrity checks guna menjaga terjadinya perubahan malware di sistem-sistem dan registries yang dapat terjadi secara terus menerus.
•    Selain solusi-solusi keamanan, organisasi-organisasi harus menyediakan waktu untuk memberikan edukasi kepada para karyawannya terhadap social engineering. Seorang karyawan yang diberdayakan dapat menjadi juru kunci dalam menangkal terjadinya serangan-serangan tersebut.


Dikutip dari koran Pulsa.

0 komentar:

Posting Komentar

Jika ada kurang lebihnya silahkan berikan komentar yang membangun

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More